Slump test atau uji kekentalan beton adalah salah satu tahap krusial dalam industri konstruksi. Ini adalah langkah yang tidak boleh dilewatkan untuk memastikan kualitas beton yang akan digunakan dalam berbagai proyek pembangunan.
Jika hasil uji slump tersebut kurang baik, hal ini bisa mengindikasikan bahwa kualitas beton yang digunakan bisa jadi rendah dan tidak sesuai untuk proyek tertentu. Jadi, penting bagi setiap pelaku industri konstruksi untuk memahami cara kerjanya.
Fungsi Slump Test
Sederhananya, uji slump adalah metode yang berfungsi untuk mengidentifikasi seberapa kental suatu adukan beton. Pasalnya, kadar kekentalan beton harus mencapai standar kuat tekan tertentu. Adapun berbagai fungsi lainnya secara umum yaitu:
- Mengukur tingkat kekentalan beton dengan cara melihat sejauh mana campuran beton segar mampu mempertahankan bentuk dan konsistensinya.
- Mengukur dan mengoptimalkan workabilitas, yaitu kemampuan beton untuk dicor, dipompa, atau dikerjakan tanpa mengorbankan kualitas.
Ada beberapa faktor yang menjadi indikator bahwa suatu campuran beton memiliki workabilitas tinggi, di antaranya meliputi:
- Homogeneity (ratanya campuran adukan)
- Cohesiveness (tingkat kelekatan)
- Flowability (kemampuan mengalir)
- Mobility (ketahanan dari segi kerataan serta kelekatan saat campuran dipindahkan menggunakan alat angkut)
- Plasticity (memiliki kondisi plastis)
Alat dan Perlengkapan yang Dibutuhkan untuk Uji Slump Test
Dalam melakukan uji kekentalan, ada sejumlah alat dan peralatan khusus yang dibutuhkan. Sebagai panduan, berikut ini beberapa di antaranya:
1. Cetakan Kerucut Abrams
Alat ini terbuat dari logam dan memiliki bentuk kerucut dengan diameter dasar sekitar 200 mm, diameter atas sekitar 100 mm, dan tinggi 300 mm, digunakan untuk membentuk beton segar yang akan diuji.
2. Tongkat Penusuk
Tongkat ini berdiameter sekitar 26 mm dan panjang sekitar 60 cm. Berfungsi memadatkan beton segar yang dimasukkan ke Kerucut Abrams agar lebih merata dan terdistribusi dengan baik.
3. Alas
Umumnya, alas untuk slump test terbuat dari kayu atau besi. Selain itu, alasnya harus bersifat kedap air dan berbentuk rata. Alas yang baik memastikan bahwa beton tidak terkontaminasi oleh permukaan yang tidak diinginkan selama pengujian.
3. Mistar Pengukur
Mistar pengukur digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat kemerosotan (slump) yang terjadi. Biasanya, ini terbuat dari baja atau meteran yang tahan lama. Anda juga bisa menggunakan produk baja dari KPS Steel.
4. Sendok atau Sekop Kecil
Sendok/sekop kecil digunakan untuk mengisi beton segar ke lubang cone (kerucut). Selain itu, sendok ini juga berfungsi sebagai pengaduk agar betonnya terdistribusi dengan baik dalam cetakan.
5. Gelas/Silinder Ukur dan Wadah
Gelas ukur atau silinder ukur digunakan sebagai alat pengukuran banyaknya volume air dan cairan aditif pengeras beton agar lebih akurat. Terakhir, jangan lupa siapkan wadah sebagai tempat untuk material beton yang akan diuji.
Hal yang Perlu Disiapkan Sebelum Pengujian
Sebelum pengujian berlangsung, Anda perlu menyiapkan segala hal yang dibutuhkan agar hasil ujinya akurat dan dapat diandalkan, di antaranya yaitu:
- Siapkan alat dan perlengkapan yang dibutuhkan sesuai panduan sebelumnya.
- Isi cetakan kerucut Abrams atau slump cone dengan campuran beton segar sebanyak 3 lapis yang dipadatkan secara seragam. Padatkan dengan menggunakan batang atau tongkat baja berujung bulat hingga 25 kali.
- Setelah terisi penuh, ratakan bagian atas kerucut untuk membuang sisa beton.
- Pegang handle pada bagian dasar cetakan, lalu angkat slump cone secara perlahan-lahan dengan cara vertikal.
- Setelah Anda mencoba gerakan menarik cetakan, maka adukannya akan merosot. Segera ukur penurunan ketinggian tersebut hingga 5 mm dari jarak terdekat ke titik tengah.
- Selesai, tahap terakhir adalah membaca hasil ujinya.
Cara Membaca Hasil Uji
Untuk membaca hasil uji slump test, Anda harus mengidentifikasi penurunan atau kemerosotan yang terjadi di semua bagian kerucut. Masing-masing elemen struktur konstruksi biasanya memiliki standar kemerosotan berbeda-beda. Berikut rinciannya:
- Pondasi Telapak Tidak Bertulang, Kaison, dan Konstruksi di Bawah Tanah: Slump maksimal 12,5 cm – minimal 5,0 cm.
- Plat (Lantai), Balok, Kolom, dan Dinding: Slump maksimal 12,5 cm, – minimal 5,0 cm.
- Jalan Beton Bertulang: Slump maksimal 12,5 cm, – minimal 5,0 cm.
- Pembetonan Massal: Slump maksimal 12,5 cm – minimal 5,0 cm.
Adapun berdasarkan tingkat kemerosotannya, pembacaan hasil uji dapat dibedakan menjadi beberapa kategori yaitu:
1. True Slump
Terdapat penurunan permukaan beton yang terjadi sama rata di semua bagian. Ini adalah hasil yang diinginkan dan menunjukkan bahwa campuran beton memiliki konsistensi yang baik.
2. Shear Slump
Terdapat satu sisi dari puncak kerucut yang jatuh ke bawah. Ini mengindikasikan bahwa campuran beton tidak memiliki kohesi yang baik, bisa karena campuran tidak homogen atau terlalu banyak air dalam campuran.
3. Collapse Slump
Seluruh bagian beton yang berbentuk kerucut runtuh total. Ini adalah indikasi bahwa campuran betonnya terlalu banyak air sehingga beresiko mengakibatkan retak atau kerusakan struktural.
4. Zero Slump
Menunjukkan bahwa adukan beton benar-benar tidak berubah dari bentuk cetakannya. Campuran beton ini terlalu kaku dan hampir tidak bisa digunakan, dan memerlukan penambahan air.
Baca Juga: Apa itu Slab? Pelajari Selengkapnya di Sini!
Selain slump test, Anda juga butuh produk besi beton berkualitas agar struktur bangunan Anda semakin kuat. Solusinya gunakan produk besi dari distributor besi KPS Steel, kamii yang menerima pembelian satuan tanpa pengiriman dan pembelian dalam jumlah besar (bulk buying) dan melayani pengiriman untuk pulau Jawa dan Bali. Kunjungi halaman produk KPS Steel untuk informasi seputar produk kami. Simak beragam informasi terkini seputar dunia konstruksi di laman blog KPS Steel.